Wisata Bromo Kian Jadi Incaran

KIM Kepel Pasuruan


Eksotika Gunung Bromo masih memiliki magnet bagi wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman). Semburan abu vulkanik yang terus mengguyur sejak erupsi pada November 2010 lalu justru menjadi daya tarik tersendiri.



Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ini terus melonjak seiring memasuki musim liburan sekolah. Sejumlah grup dari berbagai kota terus berdatangan menuju kawasan Puncak Penanjakan, Tosari Kabupaten Pasuruan. Di view poin ini, wisatawan dapat menikmati pemandangan matahari terbit (sunrise) yang berada diantara salah satu dari tiga gunung terindah di dunia.

Pada bulan Mei lalu, di Hotel Bromo Cottage tercatat 1.200 kamar yang dipakai. Jumlah ini terus meningkat pada Juni yang mencapai 2.000 kamar yang sudah dibooking.

"Bulan Agustus nanti sudah ada 2.300 kamar yang dibooking oleh wisman dan wisnus. Gunung Bromo yang dilihat dari Puncak Penanjakan masih memikat para wisatawan. Mereka justru merasa penasaran pasca erupsi Gunung Bromo," ujar Usman Jeni, pelaku wisata dari Hotel Bromo Cottage.

Minimnya sarana prasarana termasuk rambu jalan menuju Gunung Bromo dari Pasuruan, lanjutnya, masih menjadi kendala tersendiri. Karena dalam banyak kesempatan, rombongan wisatawan ini justru nyasar ke Gunung Bromo melalui Probolinggo.

"Ini persoalan yang harus segera diselesaikan. Saya seringkali memandu rombongan grup wisatawan untuk menuju Tosari hingga tengah malam," kata Usman Jeni.

Pada Focus Group Discussion Pemangku Kepentingan Destination Management Organisation (DMO), Bromo Tengger Semeru, di Tosari, dicapai rancangan rumusan untuk memadukan tata kelola pariwisata. Menurut Winarno, Sekretaris Dirjen Pengembangan Pariwisata Kementerian Budaya dan Pariwisata, dengan kondisi Gunung Bromo yang ada saat ini merupakan momentum yang baik untuk memperbaiki tata kelola yang selama ini sudah berjalan.

"Pada masa mendatang, pariwisata ini akan menjadi tulang punggung dalam pembangunan di Indonesia. Bahkan pada tahun 2025, Indonesia diyakini akan menjadi tempat pusat bertemunya masyarakat internasional untuk berwisata. Indonesia mampu mempertahankan tradisi dan alam yang menjadi daya dukung pariwisata," ujar Winarno.

Dengan perbaikan tata kelola pariwisata ini, diharapkan tidak hanya terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Tetapi juga lamanya periode tinggal dan berada di kawasan wisata tersebut.

"Problem tata kelola ini adalah bagaimana destinasi mempunyai daya saing dan berkualitas. Tidak seperti saat ini yang tidak memiliki standar dan masih berjalan sendiri-sendiri. Ukuran keberhasilan pariwisata ini dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat sekitarnya," tandas Winarno.
(Arie Yoenianto/Koran SI/uky)(travel.okezone.com)

Post a Comment

0 Comments