Kenali Tikus Sawah dan Pengendaliannya

KIM Kepel Pasuruan




Serangan tikus sawah (Rattus Argentiventer Rob & Kloss) dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada tanaman padi, mulai dari persemaian, padi siap panen, hingga padi telah tersimpan dalam gudang penyimpanan. Untuk mengatasi hal tersebut, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi merekomendasikan Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT).



Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/feses, lubang aktif, dan gejala serangan. PHTT ini didasarkan pada pemahaman ekologi tikus yang dilakukan secara dini, intensif, dan tepat waktu. Kalau dapat menangkap satu ekor tikus betina pada awal musim tanam, setara dengan membasmi 80 ekor tikus setelah terjadi perkembangbiakan pada saat setelah panen.

Intensitas kerusakan tanaman padi di sawah berpagar maupun di sawah yang terbuka sangat tinggi saat tanaman padi ‘bunting’. Hal ini disebabkan karena tikus sawah berkesempatan mendapatkan pakan yang sangat disukai, ketika tanaman pada taraf pengisian bulir-bulir padi, dibandingkan dengan jenis pakan yang ada di habitat hidupnya.

Kegiatan pengendalian tikus sawah harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sawah dan ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS.

Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada persemaian dan pembuatan TBS (Trap Barrier System/Sistem Bubu Perangkap) dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.

Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Post a Comment

0 Comments