Sugiarto Melestarikan Sumber Air Hingga ke Rumah

KIM Kepel Pasuruan

Kerja keras Sugiarto melestarikan sumber air dan mengalirkannya hingga ke rumah-rumah warga Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, membawa berkah besar.

Selasa (7/6) lalu, pria berusia (31) menerima penghargaan Kalpataru kategori Perintis Lingkungan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta.



Sejak lama Sugiarto memang sangat prihatin terhadap warga desanya yang selalu kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih warga desa Cowek di kaki Gunung Bromo yang berbatasan langsung dengan hutan Perhutani wilayah Lawang Malang hanya mengandalkan sumber mata air yang jaraknya sekitar 2 kilometer. Sedangkan untuk membuat sumur warga harus menggalinya hingga sampai kedalaman 100 meter.

Di sisi lain Sugiarto juga melihat degradasi lingkungan. Jika pada tahun 1980 warga masih mudah mendapatkan air bersih dan kayu bakar, tetapi setelah tahun 1990, yakni setelah era reformasi yang banyak diwarnai penjarahan hutan, warga mulai kesulitan untuk mendapatkan kedua kebutuhan tersebut.

Hati Sugiarto tergerak untuk menyelamatkan sumber mata air dengan cara menghutankan kembali lahan gundul tersebut agar bisa berfungsi kembali menyerap dan mempertahankan ketersediaan air tanah.

Langkah awal yang dilakukan Sugiarto saat itu adalah menyediakan bibit tanaman sebanyak-banyaknya agar di tanam warga di lahan yang gundul dan kritis tersebut secara gratis. Kebetulan Sugiarto juga seorang petani penangkar bibit tanaman perkebunan dan kehutanan, seperti mahoni, gembillina, jati, sengon, alpukat, serta palem putri.

Berdasar ilmu yang diperoleh di sekolah dan pengalaman di Pramuka Saka Taruna Bumi, dan beragai latihan lainnya, Sugiarto melakukan langkah penyelamatan sumber air dengan menghutankan kembali lahan-lahan itu.

Kegiatan itu dijalaninya sejak 1993. Ia memulai dengan membuat kebun pembibitan dengan bimbingan orang tuanya yang kebetulan pegawai Kebun Raya Purwodadi. Usaha kebun bibitnya mulai 1994 dikembangkan dengan menyewa lahan di sekitar rumahnya.

Berkat ketekunannya itu kegiatan pembibitannya terus berkembang dengan jumlah dan aneka jenis tanaman yang melimpah. Dengan modal bibit yang cukup Sugiarto kemudian melakukan koordinasi dengan berbagai kelompok pemanfatan air, tokoh masyarakat, dan Perum Perhutani untuk memulai penghijauan bagai upaya melestarikan sumber air yang sangat dibutuhkan warga.

Proses penanaman bibit dilakukan di lokasi-lokasi di sekitar sumber-sumber air, lahan kosong milik warga masyarakat, dan tepi jalan lingkungan. Lokasi penanaman diprioritaskan di sekitar sumber air di Dusun Krajan, Puthuk, Barong, Selowinangun, dan Sempuh di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi. Bibit yang ditanam meliputi sengon, gembilliana, mahoni, kecrutan yang disediaklan Sugiarto dari hasil pembibitan sendiri.

Setelah upaya itu dilakukan bertahun-tahun, terasa adanya peningkatan debit pada sumber-sumber air yang ada di Desa Cowek.

Kini Sugiarto menghidupkan kembali sumber mata air di daerah tangkapan air di beberapa kecamatan di luar Kecamatan Purwodadi sampai 15 titik sumber mata air.

Sugiarto kemudian menggagas untuk mengalirkan air bersih itu ke rumah warga, demi memudahkan warga masyarakat untuk mendapatklan air bersih hingga.

Jika sebelumnya warga mengambil air bersih ke sumber yang jaraknya sekaitar 2 kilometer, kini air tersebut dialirkan ke rumah-rumah warga melalui saluran pipa. Kegiatan pipanisasi yang dilakukannya sejak 1994 hingga itu kini telah menyambung pipa air sepanjang 23,5 kilometer untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi 1.209 KK di Desa Cowek.

Tak hanya kepada lingkungan, Sugiarto juga peduli terhadap pemuda setempat yang rata-rata hanya berpendidikan SD dan SMP. Para pemuda itu kebanyakan masih menganggur.

Sugiarto melakukan pembinaan dengan membentuk Lembaga Kader Lingkungan Hidup. Di sanggarnya Sugiarto membina para pemuda dalam kegiatan sosial budaya, seperti seni musik untuk menyalurkan kreativitas mereka.

Sugiarto juga mengembangkan kegiatan ekonomi produktif dengan memelihara tanaman hias, dan ternak kambing. Ia juga mengembangkan jaringan kemitraan dengan Dinas Perkebunan, dan Kehutanan untuk membentuk asosiasi pengusaha tanaman perkebunan, kehutanan, tanaman dan hortikultura.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengembangkan usaha kelompok tani binaan dalam rangka membangun jaringan produsen dan pemasok bibit untuk meningkatkan pendapatan warga masyarakat.

Bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Daerah Hutan (LMDH) dan perhutani dengan merehabilitasi lahaan kritis sekitar hutan, nonhutan, dan pekarangan seluas 86,5 hektare dengan menanam bibit sampai 474.394 batang.

Ia juga turut menyelamatkan dan mengembangkan sumber mata air dari 16 titik menjadi 21 titik di Dusun Putuk, Selowinangun, sempuh, Barong, dan Sumbersari sehingga mampu memenuhi air bersih bagi 1.209 KK di Desa Cowek.

Bekerja sama dengan Korem 083 Malang, ia juga menanam 12 ribu bibit trembesi di Dusun Sempol Desacowek, dan kerja sama dengan Rindam Brawijaya Surabaya dengan menanam 2.020 bibit di Surabaya.

Sugiarto juga mendirikan 6 unit Warung Wisata diatas lahan 5 hektare milik Perum Perhutani Lawang Timur yang masih berada di Desa Cowek Kecamatan Purwodadi.

Langkah Sugiarto itu terbukti menyelamatkan lingkungan serta meningkatkan debit sumber mata air yang menjadi kebutuhan pokok bagi warga masyarakat Desa Cowek dan sekitarnya.
(KR-MSW/T010) (ANTARA News)

Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © 2011

Post a Comment

0 Comments