Mahasiswa ITS Sosialisasi Mikroza Bagi Pertanian di Mojokerto

KIM Kepel Pasuruan

Mahasiswa ITS melakukan sosialisasi mikroza yang mampu membantu penyerapan nutrisi dan zat hara di Mojokerto. Mikoriza ini mampu mempercepat dan menyuburkan sektor pertanian di Indonesia.


Pengetahuan tentang mikoriza ini belum banyak diketahui oleh masyarakat, termasuk petani di Desa Kedungmaling Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto. Hal ini menjadi terobosan baru bagi mahasiswa ITS melakukan inovasi baru dengan program sosialisasi mengenai mikoriza.

Beranggotakan tiga mahasiswa Fakultas Biologi semester VI dan Fakultas Teknologi Informasi semester IV, mereka melakukan sosialisasi bertema "Micoweb Sistem Informasi yang Interaktif dan Komunikatif". Ini sebagai langkah upaya penyebaran informasi mikroza kepada kelompok tani di desa tersebut.

Acara yang berlokasi di Gubug Tani Desa Kedungmaling, Sooko, Mojokerto ini dihadiri oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) se-Kabupaten Mojokerto. Tentunya, acara ini tak hanya sekedar sosialisasi saja, para mahasiswa ITS yang beranggotakan tiga orang ini langsung mengaplikasikan pada lahan pertanian desa setempat.

Menurut Ketua Pelaksana, Ainis Shofa Marwah (20), dirinya berharap dengan sosialisasi dan aplikasi mikoriza ini, para petani langsung mengetahui bagaimana kerja mikoriza pada lahan pertanian mereka.

"Kita berharap mereka bisa faham dengan mengaplikasikannya agar tanamannya bisa cepat tumbuh bagus, karena mikoriza ini petani di Eropa dan Amerika sudah banyak dipakai," katanya saat ditemui detiksurabaya.com di sela-sela sosialisasi, Sabtu (28/5/2011).

Dari pengamatan detiksurabaya.com, para petani sangat antusias mengikuti acara ini. Antusiasme mereka juga terlihat ketika ada yang berminat mengaplikasikan mikoriza pada lahan pertanian mereka. "Saya penasaran mikoriza ini, foto-foto hasil tanamannya kok sangat subur," kata Slamet (45), petani asal Kedungmaling.

Acara ini tidak sampai di sini saja, mahasiswa ITS ini juga mengajari para petani untuk bisa browsing diinternet untuk mengetahui informasi mikoriza yang interaktif dan komunikatif melalui website, blog, dan jejaring sosial. "Mereka juga bisa konsultasi dengan kami melalui di Micoweb," ujar Ainis.

Sistem ini, lanjut Ainis, sangat membantu petani tetap bisa mengetahui, konsultasi secara online. Mereka juga bisa mencari content yang diinginkan melalui sistem ini. Seperti pembuahan, daun dan batang tanaman. "Sistem ini tak hanya dinikmati masyarakat petani Desa Kedungmaling saja, namun semua kalangan," imbuh perempuan berkacamata ini.

Sementara acara ini ditutup dengan pembagian bibit tanaman, seperti padi, jagung dan kedelai untuk ditanam. Setelah 2 bulan kemudian, petani bisa membedakan antara bibit yang dicampur mikoriza dan tidak.

Post a Comment

0 Comments