Pasuruan Jadi Pilot Project Konversi BBM ke BBG

KIM Kepel Pasuruan

Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan menjadi pilot project nasional konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk operasional nelayan dalam aktivitasnya.



Bertempat di tempat pelelangan ikan, pelabuhan tradisional kecamatan Lekok dimulai program konversi tersebut yang ditandai dengan penyerahan bantuan berupa tabung gas compressed natural gas (CNG) kepada para nelayan.

Penyerahan tabung gas CNG sebanyak 200 tabung itu ditandai dengan penandatanganan kerja sama antara pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan pihak swasta selaku pengelola dan penyedia bahan bakar gas tersebut.

Menurut Direktur Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan dari Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, Balok Budiyanto, konversi BBM ke BBG ini diharapkan dapat membantu nelayan dalam menekan biaya operasional karena tingginya kenaikan harga BBM.

"Dengan penggunaan BBG ini diperkirakan dapat menghemat sekira 30 persen biaya operasional. Tabung yang dibagikan kepada nelayan berukuran 12 kilogram (kg) per liter, dengan harga per liter Rp3.500. Sedang solar saat ini Rp4.500 per liter," katanya, di Pasuruan, akhir pekan ini.

Para nelayan yang terlebih dulu dibekali dengan bimbingan teknik cara pengoperasionalan tabung BBG itu, telah melakukan uji coba. Hasilnya, satu tabung tersebut mampu bertahan hingga 12 jam/one day fishing, dan lebih irit atau hemat dibandingkan dengan penggunaan solar untuk mesin kapal mereka.

Sementara dari segi keamanan, tabung BBG ini didesain lebih tebal 10 kali lipat dari tabung LPG sehingga tahan guncangan dan lebih awet apabila terkena korosi air laut.

Disinggung bagaimana bila nantinya terjadi kebocoran gas, Balok mengatakan bahwa sifat berat dari CNG berbeda dengan LPG yang lebih ringan. "Jadi apabila terjadi kebocoran gas, CNG akan lebih cepat hilang atau menguap. Sehingga bahaya ledakan yang ditimbulkan akan menjadi kecil," katanya.

Para nelayan Lekok pun mengaku senang akan adanya program konversi ini, karena bisa menghemat biaya operasional di mana otomatis pendapatan mereka akan bertambah. Mereka pun berharap secepatnya dibangun stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di pelabuhan Lekok.

Namun demikian, karena kendala isi ulang BBG yang sementara ini masih cukup jauh di daerah Pandaan, berjarak sekira 20 kilometer (km) dari Lekok, sehingga para nelayan yang akan mengisi ulang BBG harus beramai-ramai atau menunggu hingga banyak tabung kosong untuk menekan ongkos menuju pabrik penyedia CNG.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pasuruan Sulistyowati mengatakan, dipilihnya kecamatan Lekok kabupaten Pasuruan sebagai pilot project program konversi ini dikarenakan dilihat sisi populasi.

Nelayan Lekok lebih banyak dari nelayan di daerah lain, juga karena Pasuruan lebih dekat dengan sumber gas penghasil CNG sehingga kecamatan lekok dianggap lebih siap untuk peluncuran perdana program konversi BBM ke BBG secara nasional.
(Robert Ardyanto Dwi Setiawan/SUN TV/ade)

Post a Comment

0 Comments