KIM Kepel Pasuruan-Ada pemandangan menarik di dalam acara khoul yang diselenggarakan oleh Kyai Idris Hamid untuk mengenang dan memperingati wafatnya Kyai Abdul Hamid bin Abdullah Umar Pasuruan. Khoul KH Hamid yang ke 28 dan Ibu Nyai Hj. Nafisah Abdul Hamid yang ke 19. Sungguh acara yang luar biasa. Jumlah peserta yang membludak dan hampir tidak bisa diperkirakan. Sungguh pemandangan yang sangat menarik, bahwa jumlah peserta khoul yang luar biasa itu, tentu adalah para murid dan juga pengagum Kyai Hamid.
Seperti diketahui bahwa Kyai Hamid Pasuruan adalah seorang ulama yang memiliki kemampuan luar biasa dan oleh sebagian umat Islam bahkan dianggap sebagai wali. Saya tentu tidak tahu secara persis tentang kewalian beliau, sebab dalam konsepsi umat Islam bahwa la ya’riful wali illal wali. Tidak tahu seseorang tentang kewalian, kecuali seorang wali.
Karena bukan wali, maka saya tentu tidak bisa menilai kewalian Beliau. Akan tetapi melalui pespektif dunia fenomenologi yang empirik transendental, maka bisa dipahami bahwa ada seperangkat keyakinan masyarakat Indonesia tentang kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Memang, tidak bisa diukur kewalian seseorang, akan tetapi ternyata ada dunia keyakinan yang oleh para agennya bisa dipahami sebagai wali karena memiliki kelebihan yang dianggap luar biasa.
Masyarakat memang memiliki ukuran sendiri tentang siapa yang dianggap wali dan bukan wali. Masyarakat memiliki logikanya sendiri terkait dengan label kewalian tersebut. Tentu saja masyarakat memiliki kriteria yang tegas tentang siapa yang dianggap wali. Tentang kewalian Kyai Hamid, tentu hanya masyarakat yang bisa menilainya. Sebab tidak ada ukuran secara pasti di dalam menentukan siapa saja yang disebut wali tersebut.
Saya sungguh mengagumi terhadap para peserta khoul tersebut. Mereka datang dari seluruh pelosok Jawa Timur. Yang datang tersebut, bisa santri beliau secara langsung dan bisa juga tidak. Mereka datang bukan karena acara tersebut didatangi oleh Menteri Agama dan Wakil Gubernur Jawa Timur, akan tetapi karena ketawadluan. Disebabkan oleh rasa ketawadluannya, maka mereka memastikan untuk datang pada acara tersebut.
Untuk apa mereka datang? Di dalam dunia fenomenologi, maka ada alasan bagi seseorang untuk melakukan tindakan yang disebut in order to motive dan because motive. Dari aspek in order to motive, maka setiap tindakan pastilah ada tujuannya. Di antara tujuan mereka datang ke acara khoul adalah adanya keinginan untuk mendoakan almarhum KH. Abdul Hamid. Namun dibalik doa yang dikumandangkan tersebut, selalu ada sesuatu yang juga diinginkan yaitu keinginan untuk memperoleh berkah. Ada semacam keyakinan bahwa dengan semakin banyak membaca doa, tahlil atau bacaan Yasin kepada orang yang dianggap memiliki karomah, maka dia akan memperoleh tambahan keberkahan di dalam hidupnya. Jika ditanyakan kepada mereka, kenapa mereka datang di acara khoul tersebut, maka jawabannya dipastikan untuk memperoleh keberkahan kehidupan.
Sedangkan dari motif penyebab, maka diketahui bahwa masyarakat yang datang di acara khoul adalah disebabkan karena yang bersangkutan adalah santri langsung atau santri tidak langsung Kyai Hamid. Sebagai seorang santri, maka menjadi kewajibannya untuk datang dalam acara penting seperti khoul itu. Mereka berkeyakinan bahwa sebagai seorang santri wajib mendoakan kapada para gurunya, bahkan kepada dzurriyahnya. Penghormatan yang diberikan ketika masih hidup adalah dengan menyambung tali silaturrahmi, sedangkan ketika gurunya tersebut telah meninggal, maka yang bisa diberikan adalah bacaan doa, tahlil atau yasin terutama ketika ada acara khoul.
Makanya, menjadi pantas jika semua santri pondok pesantren Salafiyah ini datang ke acara khoul bukan untuk mengkultuskannya, akan tetapi untuk menghormatinya dan mendoakannya. Bisa mendoakan kyai adalah bagian dari kebahagiaan seorang santri. Maka, jika banyak orang yang datang di acara khoul hendaknya dipahami dari keinginan memperoleh berkah yang disebabkan oleh ketawadluannya kepada guru yang sangat dihormatinya.
Jadi, perlu ada penjelasan tentang mengapa para santri datang pada acara khoul, bukan dari cara pandang orang lain, tetapi cara pandang orang dalam, para santri sendiri.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Sumber: Prof. Dr. Nur Syam, M.Si (http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/)
0 Comments